“Malam sudah menjelang subuh. Kita tidur ya, Bang! ” Bisik Sri Kunti. Karto hanya mengangguk.
Keduanya segera memejamkan mata. Lantaran badan mereka sangatlah letih, sebentar saja mereka telah lelap tertidur nyenyak. Serta mereka melupakan saat yang begitu panjang dalam tidur itu.
Mendekati senja, Karto baru terbangun dari tidurnya. Lampu di dalam rumah telah menyala semua. Disamping itu, Sri Kunti baru saja saja mandi sembari keramas. Rambutnya yang panjang sampai pinggul masihlah tampak basah. Badan Karto masihlah merasa lemah. Semua sendi-sendi tulangnya merasa ingin copot semuanya.
“Mas mandi dulu, saya sudah siapkan air hangat serta handuk dalam kamar mandi, ” perintah Sri Kunti.
Karto menuruti saja perintah Sri Kunti. Dia selekasnya mandi di satu kamar mandi yang begitu elegan, hingga lagi-lagi Karto tidak henti menangguminya. Dia juga terasa seperti memperoleh durian runtuh. Tinggal dirumah mewah, dengan isteri yang cantiknya selangit.
Selepas mandi, di meja makan, Sri Kunti telah mempersiapkan hidangan santap malam. Mereka berdua nikmati hidangan makan malam.
Sesudah usai santap malam, Sri Kunti mengajak Karto ke taman belakang rumah. Mereka berdua bercenngkerama sembari bermain ayunan.
“Sri, permainan kita teruskan didalam rumah saja ya! ” Ajak Karto yang telah tak sabar menginginkan selekasnya melampiaskan nafsu birahinya. Sri Kunti cuma mengangguk.
“Gendong, Bang! ” Rengeknya manja.
Keinginan Sri Kunti ini tidak bisa ditolaknya. Karto membawa Sri Kunti masuk kedalam kamar tidur. Kain seprai telah ditukar dengan yang baru. Tubuh wanita yang digendongnya dia baringkan diatas kasur empuk.
Mereka selekasnya berlari menuju ke puncak birahi. Permainan malam ke-2 ini lebih hebat serta lebih gila. Mereka baru mengakhiri permainan ranjangnya mendekati subuh. Keduanya terkapar lemah tak berdaya. Mereka juga kembali tertidur lelap.
Mendekati senja, Karto lagi-lagi baru terbangun dari tidurnya. Sekian yang berlangsung selanjutnya. Setiap hari Karto melakukan runitias seperti itu. B3rc1nt4 hingga larut, tertidur nyenyak, serta baru terbangun saat hari sudah senja. Karto sekalipun tak pernah tahu kehidupan di siang hari. Semua kesibukan hidup didunia lain tempat Sri Kunti tinggal menetap sepertinya cuma berjalan saat malam hari. Kampung tempat Karto saat ini tinggal kelihatannya cuma nampak menjelang senja sampai subuh. Siang hari kampung itu tak pernah ada…
***
Telah lima hari, Karto tak pulang ke rumah. Info yang di terima Atik, isterinya mengatakan kalau malam Jum ; at tempo hari, suaminya mengantarkan wanita cantik. Sesudah mengantarkan wanita itu Karto tak pulang ke rumah.
Atik telah mencari Karto ke mana-mana, namun tak juga diketemukan. Bahkan Karto. Lantaran takut berlangsung suatu hal pada diri suaminya, Atik bahkan juga telah melaporkan masalah hilangnya Karto pada polisi.
Bermacam perkiraan nampak akibat menghilangnya Karto. Ada yang memiliki pendapat mungkin wanita yang diantarkan Karto itu yaitu anggota sindikat perampok.
Tetapi, Atik tak meyakini suaminya dirampok. Perasaannya menyampaikan, suaminya yang mata keranjang itu tengah bersenang-senang dengan wanita cantik yang diantarkannya. Terlebih, beberapa tahun lalu, Karto pernah hingga tiga hari tak pulang ke rumah sesudah mengantarkan sewa seseorang wanita cantik. Nyatanya Karto tinggal serumah bersama wanita itu.
Rekan-rekan satu profesi dengan Karto ada yang merekomendasikan untuk minta pertolongan dukun untuk tahu dimana Karto ada. Anjuran itu dituruti Atik. Dengan diantar adiknya, Atik mendatangi rumah Mbah Katijo, dukun kampung yg tidak diragukan lagi kemampuannya.
Di hadapan Mbah Katijo, Atik bercerita mengenai suaminya telah lima hari tak pulang ke rumah.
“Suamimu tengah berbulan madu, ” kata Mbah Katijo, menerangkan.
“Dengan siapa dia menikah, Mbah? ” Bertanya Atik sembari menahan marah. Dalam hati, dia mengumpat habis-habisan suaminya. Walau sebenarnya dahulu Karto telah bersumpah tak akan berselingkuh. Saat ini dia ulangi lagi.
“Dia menikah dengan wanita dari dunia lain. ”
“Siapa wanita itu, Mbah? ” Atik jadi penasaran.
“Dia bangsa kuntilanak! ”
Mendengar Mbah Katijo menyebutkan nama kuntilanak, bulu roma Atik merinding. “Apakah suamiku masihlah dapat pulang, Mbah? ” tanyanya sembari menahan tangis.
“Bisa, namun sabarlah. Umumnya acara bln. madu berbarengan kuntilanak dari dunia lain berjalan tidak lebih dari tujuh hari, ” kata Mbah Katijo, menerangkan.
Bermakna dua hari lagi Karto baru pulang ke rumah?
***
Memanglah aneh, masuk malam ketujuh, Karto berpamitan pada Sri Kunti akan pulang ke tempat tinggalnya. Tak tahu bagaimana, mendadak Karto rasakan kerinduan teramat berat pada keluarganya, pada Atik, isterinya, juga pada Dimas, anaknya yang baru berumur lima th..
“Sri, saya ingin pulang ke rumah, kelak saya kemari lagi! ” Katanya berjanji.
“Bukankah Abang telah berjanji ingin hidup bersamaku? ” Protes Sri Kunti, mengingatkan.
“Tapi saya miliki keluarga! ”
Sri Kunti diam sebagian waktu lamanya. Lantas, dengan tenang dia berkata, “Pulanglah, Bang. Keluarga Abang dirumah paati menunggu Abang pulang. ”
Sri Kunti melepas kepergian Karto dengan linangan air mata. Dia mengantarkannya sampai ke depan pekarangan tempat tinggalnya. Karto menyelusuri jalan raya didunia maya yang membingungkan itu. Aneh, saat karto tiba di satu persimpangan jalan, kota itu hilang dengan cara misterius. Becak bermotornya yang dikemudikan mendadak mati mesinnya. Sesudah di check, bensinnya habis.
Malam telah menujukkan jam dua awal hari. Situasi di sekitaran demikian sepi. Di samping kiri jalan, Karto lihat hamparan kuburan umum. Beberapa ratus orang dikubur disana. Bulu kuduk Karto berdiri meremang. Tubuhnya mendadak lemas.
Perkampungan warga sekitaran satu km. lagi. Karto tak mampu mendorong becaknya. Badannya begitu lemah. Semua sendi-sendi ototnya rasa-rasanya copot. Pada akhirnya, Karto mengambil keputusan tidur dalam becaknya.
Pagi hari, saat dia terbangun dari tidur pulasnya, beberapa orang ramai ada di sekitarnya. Dia berusaha untuk bangkit dari atas becak, namun usahanya percuma. Badannya begitu lemah hingga tidak bisa digerakkan. Rekan-rekan satu profesi yang kebetulan kenal dengannya, pada akhirnya mengantarkan Karto pulang ke tempat tinggalnya.
Tahu berita Karto pulang, warga di sekitaran rumahnya, bersama-sama ke luar dari rumah. Dalam tempo dalam waktu relatif cepat rumah Karto ramai seperti ada pertujunkkan dangdut. Bertubi-tubi pertanyaan juga di tujukan padanya. Tetapi, Karto semakin banyak diam. Penampilannya beralih dari umumnya. Karto yang umumnya ceria, saat ini beralih seperti orang bingung.
Hari selanjutnya, Mbah Katijo menjumpai Karto. Semuanya yang dikisahkan dukun kanpung ini dibenarkan Karto. Atik jadi emosi mendengarnya serta api cemburunya tidak bisa dipadamkan. Dia tak sudi lagi terima Karto, sebab telah bersebadan dengan makhluk halus.
Atik pada akhirnya pergi membawa anaknya ke rumah orang tuanya. Tinggallah Karto seseorang diri dalam kondisi lumpuh total. Saat ini, dia hidup dari belas kasihan beberapa orang yang dekat dengannya.
sumber:posshare
Keduanya segera memejamkan mata. Lantaran badan mereka sangatlah letih, sebentar saja mereka telah lelap tertidur nyenyak. Serta mereka melupakan saat yang begitu panjang dalam tidur itu.
Mendekati senja, Karto baru terbangun dari tidurnya. Lampu di dalam rumah telah menyala semua. Disamping itu, Sri Kunti baru saja saja mandi sembari keramas. Rambutnya yang panjang sampai pinggul masihlah tampak basah. Badan Karto masihlah merasa lemah. Semua sendi-sendi tulangnya merasa ingin copot semuanya.
“Mas mandi dulu, saya sudah siapkan air hangat serta handuk dalam kamar mandi, ” perintah Sri Kunti.
Karto menuruti saja perintah Sri Kunti. Dia selekasnya mandi di satu kamar mandi yang begitu elegan, hingga lagi-lagi Karto tidak henti menangguminya. Dia juga terasa seperti memperoleh durian runtuh. Tinggal dirumah mewah, dengan isteri yang cantiknya selangit.
Selepas mandi, di meja makan, Sri Kunti telah mempersiapkan hidangan santap malam. Mereka berdua nikmati hidangan makan malam.
Sesudah usai santap malam, Sri Kunti mengajak Karto ke taman belakang rumah. Mereka berdua bercenngkerama sembari bermain ayunan.
“Sri, permainan kita teruskan didalam rumah saja ya! ” Ajak Karto yang telah tak sabar menginginkan selekasnya melampiaskan nafsu birahinya. Sri Kunti cuma mengangguk.
“Gendong, Bang! ” Rengeknya manja.
Keinginan Sri Kunti ini tidak bisa ditolaknya. Karto membawa Sri Kunti masuk kedalam kamar tidur. Kain seprai telah ditukar dengan yang baru. Tubuh wanita yang digendongnya dia baringkan diatas kasur empuk.
Mereka selekasnya berlari menuju ke puncak birahi. Permainan malam ke-2 ini lebih hebat serta lebih gila. Mereka baru mengakhiri permainan ranjangnya mendekati subuh. Keduanya terkapar lemah tak berdaya. Mereka juga kembali tertidur lelap.
Mendekati senja, Karto lagi-lagi baru terbangun dari tidurnya. Sekian yang berlangsung selanjutnya. Setiap hari Karto melakukan runitias seperti itu. B3rc1nt4 hingga larut, tertidur nyenyak, serta baru terbangun saat hari sudah senja. Karto sekalipun tak pernah tahu kehidupan di siang hari. Semua kesibukan hidup didunia lain tempat Sri Kunti tinggal menetap sepertinya cuma berjalan saat malam hari. Kampung tempat Karto saat ini tinggal kelihatannya cuma nampak menjelang senja sampai subuh. Siang hari kampung itu tak pernah ada…
***
Telah lima hari, Karto tak pulang ke rumah. Info yang di terima Atik, isterinya mengatakan kalau malam Jum ; at tempo hari, suaminya mengantarkan wanita cantik. Sesudah mengantarkan wanita itu Karto tak pulang ke rumah.
Atik telah mencari Karto ke mana-mana, namun tak juga diketemukan. Bahkan Karto. Lantaran takut berlangsung suatu hal pada diri suaminya, Atik bahkan juga telah melaporkan masalah hilangnya Karto pada polisi.
Bermacam perkiraan nampak akibat menghilangnya Karto. Ada yang memiliki pendapat mungkin wanita yang diantarkan Karto itu yaitu anggota sindikat perampok.
Tetapi, Atik tak meyakini suaminya dirampok. Perasaannya menyampaikan, suaminya yang mata keranjang itu tengah bersenang-senang dengan wanita cantik yang diantarkannya. Terlebih, beberapa tahun lalu, Karto pernah hingga tiga hari tak pulang ke rumah sesudah mengantarkan sewa seseorang wanita cantik. Nyatanya Karto tinggal serumah bersama wanita itu.
Rekan-rekan satu profesi dengan Karto ada yang merekomendasikan untuk minta pertolongan dukun untuk tahu dimana Karto ada. Anjuran itu dituruti Atik. Dengan diantar adiknya, Atik mendatangi rumah Mbah Katijo, dukun kampung yg tidak diragukan lagi kemampuannya.
Di hadapan Mbah Katijo, Atik bercerita mengenai suaminya telah lima hari tak pulang ke rumah.
“Suamimu tengah berbulan madu, ” kata Mbah Katijo, menerangkan.
“Dengan siapa dia menikah, Mbah? ” Bertanya Atik sembari menahan marah. Dalam hati, dia mengumpat habis-habisan suaminya. Walau sebenarnya dahulu Karto telah bersumpah tak akan berselingkuh. Saat ini dia ulangi lagi.
“Dia menikah dengan wanita dari dunia lain. ”
“Siapa wanita itu, Mbah? ” Atik jadi penasaran.
“Dia bangsa kuntilanak! ”
Mendengar Mbah Katijo menyebutkan nama kuntilanak, bulu roma Atik merinding. “Apakah suamiku masihlah dapat pulang, Mbah? ” tanyanya sembari menahan tangis.
“Bisa, namun sabarlah. Umumnya acara bln. madu berbarengan kuntilanak dari dunia lain berjalan tidak lebih dari tujuh hari, ” kata Mbah Katijo, menerangkan.
Bermakna dua hari lagi Karto baru pulang ke rumah?
***
Memanglah aneh, masuk malam ketujuh, Karto berpamitan pada Sri Kunti akan pulang ke tempat tinggalnya. Tak tahu bagaimana, mendadak Karto rasakan kerinduan teramat berat pada keluarganya, pada Atik, isterinya, juga pada Dimas, anaknya yang baru berumur lima th..
“Sri, saya ingin pulang ke rumah, kelak saya kemari lagi! ” Katanya berjanji.
“Bukankah Abang telah berjanji ingin hidup bersamaku? ” Protes Sri Kunti, mengingatkan.
“Tapi saya miliki keluarga! ”
Sri Kunti diam sebagian waktu lamanya. Lantas, dengan tenang dia berkata, “Pulanglah, Bang. Keluarga Abang dirumah paati menunggu Abang pulang. ”
Sri Kunti melepas kepergian Karto dengan linangan air mata. Dia mengantarkannya sampai ke depan pekarangan tempat tinggalnya. Karto menyelusuri jalan raya didunia maya yang membingungkan itu. Aneh, saat karto tiba di satu persimpangan jalan, kota itu hilang dengan cara misterius. Becak bermotornya yang dikemudikan mendadak mati mesinnya. Sesudah di check, bensinnya habis.
Malam telah menujukkan jam dua awal hari. Situasi di sekitaran demikian sepi. Di samping kiri jalan, Karto lihat hamparan kuburan umum. Beberapa ratus orang dikubur disana. Bulu kuduk Karto berdiri meremang. Tubuhnya mendadak lemas.
Perkampungan warga sekitaran satu km. lagi. Karto tak mampu mendorong becaknya. Badannya begitu lemah. Semua sendi-sendi ototnya rasa-rasanya copot. Pada akhirnya, Karto mengambil keputusan tidur dalam becaknya.
Pagi hari, saat dia terbangun dari tidur pulasnya, beberapa orang ramai ada di sekitarnya. Dia berusaha untuk bangkit dari atas becak, namun usahanya percuma. Badannya begitu lemah hingga tidak bisa digerakkan. Rekan-rekan satu profesi yang kebetulan kenal dengannya, pada akhirnya mengantarkan Karto pulang ke tempat tinggalnya.
Tahu berita Karto pulang, warga di sekitaran rumahnya, bersama-sama ke luar dari rumah. Dalam tempo dalam waktu relatif cepat rumah Karto ramai seperti ada pertujunkkan dangdut. Bertubi-tubi pertanyaan juga di tujukan padanya. Tetapi, Karto semakin banyak diam. Penampilannya beralih dari umumnya. Karto yang umumnya ceria, saat ini beralih seperti orang bingung.
Hari selanjutnya, Mbah Katijo menjumpai Karto. Semuanya yang dikisahkan dukun kanpung ini dibenarkan Karto. Atik jadi emosi mendengarnya serta api cemburunya tidak bisa dipadamkan. Dia tak sudi lagi terima Karto, sebab telah bersebadan dengan makhluk halus.
Atik pada akhirnya pergi membawa anaknya ke rumah orang tuanya. Tinggallah Karto seseorang diri dalam kondisi lumpuh total. Saat ini, dia hidup dari belas kasihan beberapa orang yang dekat dengannya.
sumber:posshare
0 Response to "Kisah Nyata : 7 Malam Berbulan Madu Dengan Kuntilanak Sampai Merinding Bacanya"
Posting Komentar